Pernahkah kau merasakan sepi ditengah keramaian?
Semuanya tertawa dan kau tertunduk. Sendirian. Menatap uraian air mata yang tak terbendung. Ditemani bayangan setia yang hanya membisu. Kau terperosok ke jurang tanpa dasar. “Keputusasaan” kata mereka. Langit kau selidiki, bulan kau tanyai tapi jawaban itu tak kunjung menghampiri.
Dimalam gelap yang tak ditaburi bintang, bahkan bayangan mengacuhkanmu. Hanya untaian musik yang terdiri dari isak tangismu-lah yang bisa memberi suara di heningnya malam. Dadamu sesak menahan sejuta perasaan sepi. Rindu tak seindah langit biru
Inikah mahalnya harga kebahagiaan? Kau memperotes pada semilir angin yang tak menjawab. Sedu sedanmu terasa bagai musik kemenangan ditelinga mereka. Memang hidup itu ironi dibalut realita. Kau tersingkir dari orbit eksistensi. Namamu dilupakan dari ingatan mereka. Wajahmu mulai pudar dari kenangan mereka. Inikah kebahagiaan yang ditawarkan rumus alam? Yang kian hari menawarkan “kebahagiaan” tentang keseimbangan?
Tetapi mentari masih bersinar, bulan masih benderang dan kicauan burung masih bernyanyi mengabari eloknya ufuk di pagi hari. Kenapa kau tertunduk malu? Saat minoritas, menggeliat menantang kemungkaran? Kau bukan salmon yang mati melawan arus. Kau adalah Mawar Merah yang merekah. Wangimu mengundang alam untuk menghirupnya, durimu menantang dunia untuk waspada pada keindahan. Dibalik Rahasia ada Rahasia. Dan tuhan pun menyimpan Rahasia buat kau, buatku dan buat kita semua.